Rendahnya kompetensi dan daya saing lulusan perguruan
tinggi menjadikan daya serap lulusan di lapangan juga rendah. Akibatnya, banyak
pengangguran terdidik di berbagai daerah yang kesulitan mendapatkan pekerjaan.
“Di sinilah pentingnya penanaman mental entrepreneur bagi mahasiswa yang
diinternalisasikan dalam pendidikan yang sering disebut dengan edupreneurship”,
demikian dijelaskan Inayatul Ulya dalam diskusi dwi mingguan Dialektika; Forum
Kajian Pendidikan Dasar Islam yang digagas oleh Program Studi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Institut Pesantren Mathaliul Falah. Dialektika PGMI ketiga
yang diikuti mahasiswa dan dosen PGMI ini berlangsung pada selasa (26/4)
bertempat di hall lantai II kampus IPMAFA.
Edupreneurship merupakan gabungan dari kata education (pendidikan) dan entrepreneurship (kewirausahaan).
Edupreneurship ingin menempatkan konsep-konsep dan sikap kewirausahaan dalam
dunia pendidikan. Pendidikan yang sering dipahami sebagai proses pendewasaan diri
dipadukan dengan entrepreneur yang dalam bahasa Prancis berarti petualang,
pengambil resiko, dan pengusaha. “Entrepreneur lebih dari sekedar pengusaha
karena harus ada nilai lebih dan sesuatu yang beda. Entrepreneur harus mampu
merubah rongsokan menjadi emas melalui kreativitas serta inovasi dalam
memanfaatkan peluang”, ucap wanita yang juga menjadi Kaprodi PGMI IPMAFA.
Hal ini berangkat dari realitas kecenderungan lulusan
Perguruan Tinggi untuk mencari pekerjaan,
bukan menciptakan lapangan pekerjaan. Di sinilah benang merah antara pendidikan
dengan entrepreneurship untuk merubah mindset
dan paradigma befikir mahasiswa sehingga akan muncul karakteristik entrepreneur
seperti kreativitas, mandiri, dan pantang menyerah. Menurut kandidat doktor di
UIN Walisongo ini, karakteristik entrepreneur yang sangat dibutuhkan oleh
mahasiswa antara lain percaya diri, yakni keyakinan pada diri sendiri,
kemandirian, semangat, dan optimis dalam hidup.
Selain pede, mahasiswa harus memiliki karakter yang berorientasi
pada tugas dan hasil, maksudnya ialah sikap amanah dalam menjalankan pekerjaan
sehingga hasilnya akan memuaskan. Proses dan tugas yang dijalankan dengan baik
dan penuh amanah, akan memberikan hasil dan penilaian yang baik pula. Karakter
entrepreneur lainnya yaitu berani mengambil resiko dan menyukai tantangan,
serta memiliki jiwa kepemimpinan. Mental dan sikap leadership sangat penting agar mampu berkomunikasi dengan baik, mampu
membuat rencana, manajemen, dan evaluasi dengan baik, serta suka terhadap saran
dan kritik yang membangun. Karakter ini akan menjadikan mahasiswa memiliki
sikap berorientasi pada masa depan yang berarti visioner serta memiliki
persepsi dan cara pandang yang baik untuk masa depan.
Karakter-karakter tersebut harus dibalut dengan sikap jujur
dan tekun agar dapat mencapai kesuksesan dalam menjalani segala sesuatu. “Hasil
riset yang dilakukan oleh Harvard University menyebutkan bahwa 80% kesuksesan
seseorang ditentukan oleh EQ (Emotional
Quotient), sementara IQ (intelligence quotient) hanya menunjang 20% saja. Kejujuran menjadi sikap
yang sangat dibutuhkan oleh setiap manusia dalam mencapai kesuksesan, ketekunan
akan membawa perubahan besar dalam diri manusia”, imbuh mantan aktivis
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah ini.
Untuk menanamkan dan menumbuhkan mental entrepreneur
dalam diri mahasiswa, terdapat beberapa tahapan pencapaian. Pertama, transformasi pola pikir kepada
sesuatu yang positif, pada sikap dan motif untuk berubah ke arah yang lebih
baik. Ini menjadi modal utama menuju perubahan dalam hidup yang lebih baik. Kedua, transformasi cara berpikir, dari
sekedar mengandalkan logika menjadi pikiran yang kreatif dan inovatif, bahkan
terkadang harus berpikir dengan cara yang tidak lazim. Ketiga, Action; ketika pola pikir sudah berubah dan cara berpikir
telah dibenahi, tahap selanjutnya ialah beraksi yakni menunjukkan keterampilan
untuk mencari peluang dalam menuangkan kreativitas dan inovasi.
Aplikasi dari edupreneurship arahnya ialah pembentukan
mental dan jiwa entrepreneur mahasiswa dalam upaya mencapai kesuksesan dalam
bidang pendidikan. Ia menambahkan, “Edupreneurship bukan bertujuan menjadikan
mahasiswa sebagai pengusaha, namun lebih pada pembentukan karakter edupreneur
dalam bidang pendidikan”. Edupreneurship ini akan menjadi salah satu distingsi lulusan PGMI IPMAFA dibandingkan
dengan lulusan PGMI dari perguruan tinggi lain.
1 Comments
Terima kasih informasinya
ReplyDeleteecerin
Asuransi
Aplikasi Penghasil Uang
Crypto
Pinjaman Online / Pinjol
Sangat bagus dan bermanfaat