Program
Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Ipmafa kembali menggelar
Dialektika, yakni Forum Kajian Pendidikan Dasar Islam dwi mingguan pada senin
(11/4) kemarin di lantai 2 kampus Ipmafa. Forum Dialektika yang kedua ini
mengangkat tema “Quantum Learning; Kiat Belajar Cepat, Tepat, Dan Menyenangkan.”
Hadir sebagai pembicara, M. Sofyan al-Nashr, tenaga pendidik PGMI Ipmafa.
Quantum
learning merupakan cara belajar yang ditemukan oleh Bobby de Porter dan Mike
Hernacki ketika menggelar Super Camp, yaitu pelatihan sepuluh hari bagi remaja yang
mengkombinasikan penumbuhan rasa percaya diri, keterampilan belajar, dan
kemampuan berkomunikasi dalam lingkungan yang menyenangkan. Pada Super Camp
perdana tahun 1982, peserta Super Camp menjadi lebih termotivasi, percaya diri,
serta dapat memanfaatkan keterampilan yang dimilikinya dengan baik.
“Quantum
Learning dapat diartikan sebagai kiat, strategi dan proses belajar yang dikemas
dengan baik sehingga dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat
belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat”, demikian
penjelasan Sofyan, alumnus Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga.
Sofyan
menambahkan bahwa metode ini sangat tepat untuk mahasiswa PGMI, baik sebagai
mahasiswa maupun kelak jika menjadi guru karena metode ini mengajari tentang
bagaimana cara belajar, bukan menekankan pada materi pelajaran.
Dalam
buku Quantum Learningnya, de Potter menjelaskan bahwa metode ini berakar dari
penemuan Georgi Lozanov tentang Suggestology,
yang prinsipnya adalah
bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap
detail apa pun memberikan sugesti positif atau negatif.
Prinsip ini mirip dengan proses accelerated learning (pemercepatan
belajar) yakni proses belajar yang memungkinkan siswa belajar dengan kecepatan yang
mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi kegembiraan.
Beberapa
teori lain yang mendasari Quantum Learning antara lain konsep Multiple Intelligences
milik Howad gardner, Neurolinguistic
Program (NLP) dari Grinder dan Bandler, Cooperative
Learning-nya Johnson dan Johnson,
serta Elements of Effective Instruction gagasan
Hunter. “Metode ini juga berdasarkan pada prinsip pembelajaran holistik dan
bermakna, serta belajar dengan simulasi dan permainan agar menyenangkan”,
imbuhnya.
Kegiatan
Dialektika dihadiri oleh Ketua Program Studi PGMI, Inayatul Ulya beserta
beberapa dosen PGMI, serta mahasiswa PGMI yang sangat antusias mengikuti
diskusi. Quantum Learning diharapkan menjadi modal berharga bagi mahasiswa PGMI
agar semakin temotivasi dalam belajar dan mengetahui cara belajar yang tepat
sesuai gaya belajar masing-masing.
Setiap mahasiswa memiliki kecenderungan yang berbeda, Quantum Learning memberikan jalan untuk mempercepat potensi-potensi tersebut dengan berpikir logis dan kreatif, belajar cepat, tepat, dan menyenangkan.
1 Comments
Website juga penting sebagai media informasi.
ReplyDelete