Oleh: Inayatul Ulya, MSI
Perkembangan Islam dalam berbagai aspek kehidupan terus
berubah seiring dengan berubahnya waktu dan membawa keanekaragaman budaya. Keanekaragaman
budaya tersebut disikapi sebagai bagian dari sensivitas Islam dalam
mengakomodir tradisi dan budaya yang berkembang di masyarakat dalam
rangka menjaga nilai-nilai keharmonisan dan penghargaan
terhadap keanekaragaman budaya
masyarakat hingga menghasilkan toleransi dengan tetap
memegang prinsip-prinsip dalam
ajaran Islam itu sendiri.
Seiring dengan berkembangnya zaman, berbagai
fenomena baru selalu hadir silih berganti dan membutuhkan kajian studi Islam secara
spesifik untuk dapat memberikan pengamatan yang lebih objektif, sehingga dapat
memberikan pencerahan bagi umat Islam dalam menjalani hidup di era modern ini.
Sebuah prinsip yang tetap harus dipegang adalah bahwa Islam adalah sebuah agama
yang memiliki seperangkat aturan yang tetap harus dipegang teguh oleh ummatnya
sekaligus adaptif terhadap setiap perubahan yang ada.
Budaya pop muslimah di Indonesia
banyak bermunculan dilatarbelakangi oleh keinginan perempuan muslim untuk
selalu tampil mempesona sekaligus sebuah kebutuhan yang tidak dapat dielakkan, karena penampilan
merupakan cerminan tingkat kebudayaan dan menjadi karakteristik khusus yang
dapat memperindah hubungan personal maupun sosial di lingkup masyarakat
lingkungan sosialnya. Dalam hal ini, tentu saja seorang muslimah tidak hanya
memprioritaskan penampilan fisiknya saja. Karena bagi seorang muslimah, kecantikan
itu tidak hanya ditunjukkan dengan kecantikan fisik dan balutan busana yang fashionable saja, tetapi juga ditentukan
oleh keindahan kepribadiannya. Manajemen kepribadian yang maksimal melalui kesantunan bahasa, gerak-gerik perilaku simpatik,
dan pola pikir yang cerdas dan up
to date serta selalu
mengembangkan talenta yang dimiliki turut
memperkuat kecantikan seorang muslimah. Sehingga, gaya hidup atau lifestyle muslimah tentunya tidak bisa dipisahkan dari nilai-nilai keislaman, keperempuanan dan kemodernan. Maka, menjadi muslimah idealnya memiliki lifestyle yang khas dan memiliki kecantikan yang complicated karena tidak hanya cantik
secara fisik tapi juga memiliki innner
beauty yang menarik karena setiap langkahnya selalu mengaktualisasikan nilai-nilai kemodernan dan ke-Islaman.
Budaya Pop Muslimah
Indonesia
Budaya pop berasal dari pemikiran post modernisme yang
menolak pembedaan budaya pop dan budaya elit atau tinggi. Dalam hal ini, postmodernis menyatakan
semua budaya adalah budaya postmodern. Lebih lanjut, postmodernis juga
menganggap bahwa semua budaya adalah komersial, maka mereka tidak memperdulikan
otentitas budaya daerah sebagai budaya yang harus dipelihara dan dipertahankan
(Storey, 2003: 10-22).
Budaya
pop berarti kebudayaan rakyat. Menurut
bahasa latin kata ini lebih merujuk pada kebudayaan yang berkembang dari kreativitas kebanyakan
orang. Budaya pop berasal
dari rakyat dan
bukan diberikan kepada mereka. Perspektif ini sekaligus mematahkan pembedaan antara produsen dan
konsumen artifak budaya, pembedaan antara industri budaya dan konteks penerima yang
dianggap memproduksi
budaya pop (Lull, 1998 : 85).
Berbeda dengan pendapat di atas, John Fiske memahami
budaya populer sebagai komoditas yang membawa kepentingan-kepentingan
masyarakat. Budaya populer diciptakan oleh masyarakat dan tidak diciptakan oleh
industri budaya. Industri budaya kapasitasnya hanya menciptakan sumber daya
budaya untuk kemudian diterima atau ditolak masyarakat sebagai proses yang
berkesinambungan dalam menciptakan budaya populer mereka (Fiske, 2011: 25-26).
Dalam hal ini, budaya populer tidak dapat tercipta dengan sendirinya, karena terbentuk
atau tidaknya sebuah budaya ditentukan oleh hasrat masyarakat setempat dan
diharapkan mampu menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sehingga budaya
tersebut dapat diterima dan dijaga keberlangsungannya.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, budaya populer dapat
difahami pada hal berikut:
Pertama, budaya popular
merupakan budaya yang menyenangkan atau banyak disukai orang karena budaya pop
kelahirannya merupakan inisiasi dari
masyarakat, sehingga masyarakat memiliki kebebasan untuk berekspresi tanpa
harus terbengkalai dengan eksklusivitas.
Kedua, budaya
pop diciptakan dari dan untuk masyarakat. Dalam hal ini budaya pop lahir dari
keinginan masyarakat dan diterima masyarakat sebagai sebuah budaya baru yang
sedang dibutuhkan pada saat itu.
Ketiga, budaya pop merupakan sunnatullah yang dapat sangat fenomenal pada masanya dan tenggelam
di masa mendatang tergantung bertahan atau tidaknya penerimaan masyarakat,
karena kalau dikaji lebih detail bahwa budaya pop mayoritas didominasi oleh
kelompok dominan dan menciptakan hegemoni pada kelompok subordinat. Secara
natural, budaya pop ini keberlangsungannya akan di uji oleh waktu.
Seiring dengan banyak munculnya
budaya pop seakan menjadi tantangan tersendiri bagi muslimah di Indonesia. Di
satu sisi muslimah dituntut untuk selalu tampil modern dan up to date, tapi di sisi lain juga harus pandai menfilter dengan
konsep dirinya sebagai perempuan muslim serta tuntutan untuk selalu menjadi muslimah
yang taat kepada ajaran agamanya. Sehingga muslimah, dalam hal ini harus
membekali diri dengan karakter, adab dan akhlaq yang Islami sebagai modal awal
untuk beradaptasi dengan lingkungannya dan tidak terjebak arus budaya pop yang
justru bertentangan dengan syari’at Islam. Artinya muslimah diposisikan untuk
dapat selalu kooperatif dengan perkembangan zaman namun
tetap taat mengikuti
syariat Islam sesuai tuntunan di dalam al-Qur’an dan Hadist. Tujuannya agar para
Muslimah tetap dapat bersosialisasi dan mengaktualisasikan dirinya dalam
kehidupan sekarang, tanpa mengabaikan jati dirinya sebagai seorang muslimah
yang sejati.
Varian Budaya Pop
Muslimah di Indonesia
Munculnya banyak fenomena tentang
budaya popular khususnya di Indonesia mengindikasikan bahwa ada banyak varian
budaya populer yang sering kita saksikan di media elektronik maupun cetak
dengan karakteristik khas perempuan, diantaranya adalah:
1.
Ajang Muslimah
Beauty
Ditengah ramainya pemberitaan
Miss Universe yang masih pro
dan kontra dikalangan muslimah sendiri, ternyata ada sebuah komunitas masyarakat di negara ini yang
tidak mau ketinggalan. Tujuannya
untuk mengangkat fashion budaya muslim di Indonesia. Muslimah Beauty dapat menjadi media untuk menjaring ribuan muslimah agar
berpartisipasi dalam menunjukkan identitas kemuslimahannya yang dapat tampil
sesuai karakter standar duta fashion muslim tersebut. Bisa mengaji
Al-Qur’an dan berjilbab dan bergaya modis (Kompas.Com, 14/9/11).
2.
Munculnya
komunitas hijabers
Munculnya komunitas hijabers ini membuat komunitas muslimah berusaha mengikuti gaya di
komunitasnya sebagai
upaya keinginan dan hasrat mengikuti trend yang sedang populer. Mereka akan
berusaha menjadikan dirinya semirip mungkin dengan gaya fashion artis tertentu. Fenomena semacam
ini akan berdampak pada
krisis identitas diri. Jilbab yang digunakan
akhirnya tidak lagi diyakini sebagai penutup aurat sebagai bagian dari kesadaran nilai yang dianut melainkan telah
menjadi sarana prestise dan status. Mereka berjilbab hanya
menunjukkan penampakan luar dan gaya fashion
saja tanpa
diimbangi makna spiritual
dibalik keanggunan muslimah pada kain penutup auratnya tersebut.
3.
Pemilihan Putri Muslimah Indonesia
Ajang Putri Muslimah Indonesia merupakan
sebuah ajang yang diperuntukkan bagi para muslimah untuk tampil menunjukkan
bakat serta kemampuan yang dimiliki oleh mereka dalam berbagai bidang. Tidak
hanya memperhatikan bagaimana sisi kecantikan saja tetapi melalui ajang ini,
para finalis terpilih akan mendapat gemblengan atau bekal selama mengikuti karantina
untuk lebih menggali potensi kreatifitas dalam diri mereka tentunya sebagai
seorang muslimah, yakni memperhatikan akhlak, etika dan menjaga image seorang putri muslimah yang tak
hanya cantik dari luar tetapi juga dari dalam (inner beauty).
Budaya Pop Muslimah
Indonesia dalam Kajian Studi Islam
Beberapa produk budaya pop tersebut perlu kajian secara
mendalam, apakah benar motivasi budaya pop yang berbungkus agama tersebut murni
untuk syi’ar Islam atau ada motivasi lain, misalnya persekutuan dengan dunia
industri hiburan dengan tujuan keuntungan finansial. Pencerahan pemaknaan dari
kaum akademisi melalui produk-produk penelitian budaya sangat diperlukan untuk
memahami makna dibalik realitas fenomena budaya pop yang banyak bermunculan,
karena konsumsi budaya pop pada lingkup masyarakat awam akan bergerak apa
adanya seperti apa yang terlihat saja, sedangkan para intelektual, pimpinan
politik, penggerak moral dan sosial seringkali memiliki perspektif yang berbeda
(Strinarti, 1995:41). Sehingga pembacaan budaya pop yang menjadi mainstream di masyarakat sering menjadi
bahan kontroversi karena masing-masing memiliki perspektif yang berbeda sesuai
dengan kepentingannya masing-masing. Maka, diperlukan riset yang murni tanpa
membawa kepentingan pihak manapun untuk memahami makna sebenarnya dibalik
fenomena munculnya budaya pop muslimah di Indonesia.
Kajian
budaya berdasarkan beberapa pendekatan yang digunakan akan dapat
memahami makna yang sebenarnya dari setiap fenomena yang diangkat, karena kritik
terhadap budaya pop banyak
bermunculan. Kritik
tersebut, diantaranya memandang ada ketidaksinkronan antara tujuan yang
sebenarnya dengan apa yang ditampilkan diluar, misalnya ada yang berpandangan
bahwa budaya pop, hijab populer bisa menjadi sesuatu yang dilarang, karena
secara material terlihat berhijab, tetapi secara maknawi, esesnsinya tidak
berhijab (Fadhlullah, 2000: 123). Ketika budaya telah bergeser menjadi sebuah kepentingan
industri maka budaya yang
bersangkutan akan lebih dominan merepresentasikan modernitasnya. Sementara
konsep-konsep budaya modernitas itu sendiri tidak bisa menolak hadirnya
ideologi kapitalisme liberal. Dalam konteks ini budaya kapitalisme liberal
lebih di maknai atas nilai materialnya ketimbang nilai spiritualnya.
Budaya
pop muslimah Indonesia merupakan fenomena unik di kalangan muslimah di
Indonesia yang banyak berkedok acara-acara keagamaan, maupun terkesan bertujuan
mensyi’arkan Islam menjadi kajian yang menarik untuk difahami sekaligus
menyingkap makna dibalik realitas yang tampak tersebut. Melalui penelitian
secara komprehensif, maksud dan tujuan budaya pop yang bermunculan tersebut
akan dapat terbaca, apa saja motivasinya, kepentingannya dan implikasinya dalam
pembentukan budaya di masyarakat. Sehingga, studi Islam dengan pendekatan
fenomenologi akan dapat melihat budaya yang sedang berkembang dan motivasi
dibalik realitas budaya tersebut. Tujuannya agar komunitas muslim dapat
menfilter apapun yang terjadi di era global imi. Benteng keimanan, pemahaman
yang luas tentang keilmuan Islam, pemahaman yang utuh dari setiap realitas
budaya pop dapat menjadi bekal bagi
komunitas muslim dan muslimah untuk hidup beragama dan bersosialisasi di
tengah masyarakat. Karena,
budaya pop yang berakar dari filsafat postmodern ketika didialogkan dengan
Islam terkadang menimbulkan eksklusivisme keberagamaan. Eksklusivisme tersebut
muncul karena perjalanan pola fikir postmodernisme selalu bergerak secara
konfrontatif dengan aqidah dan hukum Islam. Sehingga, kajian tentang budaya pop
muslimah di Indonesia diperlukan untuk dapat lebih memahami persoalan secara
komprehensif, tidak hanya produk budaya popnya saja, tetapi latar belakang
munculnya, tanggapan di lingkup sosialnya dan lain-lain. Sehingga, akan dapat
menghasilkan pemahaman yang utuh khususnya budaya pop muslimah yang berbungkus
agama yang semakin marak akhir-akhir ini.
0 Comments