Sejarah Bilangan dan Angka
Bilangan merupakan aspek matematika yang dipakai untuk mencacah serta mengukur, sedangkan simbol atau ikon yang dimanfaatkan ketika mengganti suatu bilangan disebut angka, misalnya bilangan tiga bisa di simbolkan menggunakan angka 3. Pada awal mulanya, bilangan dipakai untuk mengetahui jumlah, karena perkembangan yang pesat kemudian pakar matematika memperbanyak lambang dan kata-kata yang sesuai dalam mengartikan bilangan.
Matematika merupakan salah satu aspek penting
dalam semua persoalan, serta tidak dapat dihindari jika dalam kehidupan
sehari-hari kita selalu menjumpai matematika. Perkembangan matematika dimulai
dari masa ke masa, dimulai pada masa Babilonia, sering disebut matematika
babilonia. Sumeria mencantumkan bentuk tabel perkalian dilempengan tanah liat, termuat
latihan geometri dan soal pembagian, mulai dari pecahan, persamaan kuadrat,
invers perkalian, aljabar dan kubik perhitungan bilangan regular, dan bilangan
prima kembar. Dari Babilonia ini mulai dikenal hingga sekarang yaitu
perhitungan berbasis 60, penggunaan 60 detik untuk satu menit, 60 menit untuk
satu jam dan lainnya.
Selanjutnya dilanjutkan pada masa bangsa Maya
yang terdapat di Amerika (500 SM), masa ini memakai lambang untuk menggantikan
bilangan yakni simbol (.) untuk mewakili unit (satu sampai empat) dan simbol
(-) sejumput untuk mewakili lima. Perhitungan kalender 360 juga datang dari
bangsa Maya, tiap bulan terdapat 20 hari dan 18 bulan hingga 1 tahun. Kiri lima
hari sekarang pada akhir tahun adalah bulan pada dirinya sendiri yang banyak
ramalan mengenai bahaya serta adanya kutukan. Selanjutnya pada masa Mesir Kuno
(3000 – 1500), masa ini mengatakan apabila satu dilambangkan dengan garis keatas
(vertikal), dan 10 dilambangkan dengan simbol ^. Penulisannya dari kanan ke kiri, akhirnya
bilangan 23 menjadi III^^.
Selanjutnya oleh bangsa Yunani,
matematika masa ini dipandang lebih bernilai daripada sebelumnya karena mulai
banyak muncul tokoh-tokoh terkemuka, seperti Thales, Pythagoras dan mulai
muncul beberapa rumus yang mulai dikenal sampai sekarang. Selanjutnya masa Cina
muncul karya Sembilan Bab tentang Seni Matematika, berisi banyak
soal-soal terlebih mengenai geometri, dan menghasilkan realita matematika yang
digunakan teorema Pythagoras, serta rumus matematika yang digunakan eliminasi
Gauss. Selanjutnya masa Hindu-Arab (300 SM – Sekarang) mulai mengenai angka “nol”
atau “zero” yang bermula mereka sebut “kosong”. Kemudian masa bangsa Romawi
yang menggunakan angka romawi yang terinspirasi dari bentuk tangan. Selanjutnya
yang terakhir Masa sejarah (Masehi) dipelopori oleh Pierre de Fermat dan
lainnya, pada masa ini tidak sekedar konsep teori, namun juga diaplikasikan
dalam berbagai bidang.
Bilangan Bulat
Setelah kita mengetahui sejarah perkembangan
bilangan dari masa ke masa, terdapat berbagai bilangan yang sering digunakan
dalam matematika, adapun jenis-jenis bilangan yakni bilangan bulat (positif dan
negatif), bilangan asli (mulai dari 1), bilangan cacah (mulai dari 0), bilangan
prima (yang tidak bisa dibagi lagi), bilangan rasional
Kali ini kita akan membahas mengenai
kemudahan yang akan kita temukan dalam mempelajari bilangan bulat, pada
realitanya bilangan bulat menjadi suatu hal yang mudah dipahami jika
menggunakan cara yang menarik dan memperhatikan urutan perkembangan kognitif.
Bilangan bulat tersendiri terbagi menjadi tiga, yakni bilangan bulat positif
(1, 2, 3, 4, 5, …), bilangan bulat negatif (-1, -2, -3, -4, -5, …), dan nol (0).
Pembelajaran Bilangan Bulat dengan Model Garis
Bilangan
Operasi pada bilangan bulat di
antaranya: penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Agar siswa dapat
memahami operasi pada bilangan bulat, sebaiknya kita sesuaikan dengan tahapan
berpikirnya. Pada siswa yang baru belajar bilangan bulat, makna bilangan
negatif akan sulit dipahami tanpa pembelajaran konkret. Berdasarkan hal
tersebut, sebagai pengajar sebaiknya kita buat praktik pembelajaran yang
berkesan dan memahamkan siswa.
Sebelum mengenalkan operasi bilangan
sebaiknya kita kenalkan terlebih dahulu tentang nilai bilangan. Misalkan mengenalkan
nilai (-5) lebih besar atau lebih kecil dari (-9) dengan menggunakan garis
bilangan. Buatlah garis bilangan dengan memanfaatkan lantai pada kelas dan ajak
siswa untuk praktik. Berikan aturan bahwa semakin ke kiri nilai bilangan
semakin kecil, begitu pula sebaliknya.
Apabila siswa telah memahami nilai
bilangan, maka selanjutnya dapat kita lakukan praktik pembelajaran untuk
mempelajari operasi bilangan. Proses pemahaman anak-anak berbeda satu sama
lain, jangan terburu-buru dan rencanakan tahapan sesuai perkembangan kognitif. Pembelajaran
untuk penanaman konsep butuh waktu agar siswa dapat menangkap materi dengan
runtut. Ingatlah agar pada awal pertemuan untuk mengulas, menjelaskan tujuan,
dan menyimpulkan pada akhir pembelajaran. Jangan sampai pembelajaran yang telah
dilakukan hanya menghabiskan waktu tanpa meninggalkan kesan pada siswa.
a. Penjumlahan dan
pengurangan
Operasi bilangan bulat dapat diselesaikan dengan menggunakan garis
bilangan. Dapat kita praktekkan dengan
menggunakan keramik yang ada di lantai, dengan berdiri sesuai tempatnya,
berdiri tepat diangka Nol
1) Dimulai dari
Nol
2) Positif
menghadap kanan, Negatif menghadap ke kiri
3) Apabila
penjumlahan maka kita bisa maju, apabila pengurangan maka kita bisa mundur
Misalnya dalam soal (-2) + 3 = 1
Langkah-langkahnya
a) Pelaku di
tempatkan pada angka nol, karena minus maka menghadap ke kiri
b) melangkah ke
angka (-2) yang ada pada posisi bilangan pertama pada soal
c) karena bilangan
kedua positif, maka menghadap ke kanan dan maju sebanyak 3 langkah
d) tempat terakhir
pelaku dalam garis bilangan merupakan isi dari soal tersebut.
b. Perkalian
Seperti halnya dengan penjumlahan dan pengurangan menggunakan garis
bilangan, namun perkalian memiliki cara tersendiri, masih dengan cara berdiri
diatas keramik (A x B).
1) Dimulai dari
nol
2) B menjadi
penunjuk arah panah, apabila + maka menghadap kanan, apabila – maka menghadap
ke kiri
3) A menjadi
penentu banyak langkah, apabila tandanya (+) maka pelakunya maju, apabila (-)
maka pelakunya mundur
Misalnya dalam soal (-2) x 2 = -4
Langkah-langkahnya
1.
Memperhatikan
B, karena B positif maka menghadap kanan
2.
Memperhatikan
A, karena A negatif maka pelaku berjalan mundur sebanyak 2 kali, satu kali
mundur sebanyak 2 langkah.
3.
Maka posisi
terakhir pelaku adalah jawaban dari soal yaitu -4.
c. Pembagian
Dapat diselesaikan dengan cara di atas yakni dengan garis bilangan,
namun dengan langkah-langkah yang berbeda dengan operasi bilangan penjumlahan,
pengurangan dan perkalian. Adapun cara-caranya yakni
(A : B)
1)
Arah panah
tergantung pembagi atau B,
2)
Hasil bagi
ditentukan oleh banyak langkah
3)
Apabila maju
hasilnya positif, apabila mundur maka hasilnya negatif
Misalnya soal (-8) : 2 =
1. Bilangan
pembagi/B adalah 2, karena positif berarti menghadap ke kanan
2. Bilangan A
merupakan bilangan negatif, maka untuk sampai ke bilangan A kita harus mundur 2
langkah hingga mencapai angka -8
3. Karena menuju
angka (-8) mundur, maka hasil dari pembagian tersebut adalah (-4)
Dari beberapa operasi bilangan bulat
tersebut lebih mudah jika kita menggunakan praktek daripada teori, karena
dengan praktek secara langsung maka kita lebih paham secara jelas dan nyata.
Bilangan yang muncul dan berkembang
darimasa kemasa membawa matematika hingga berada pada ratu sekaligus pelayan untuk kebutuhan perkembangan keilmuan dan teknologi. Pembelajaran Matematika tentunya
lebih mudah dan menyenangkan apabila kita dapat menemukan cara terbaik untuk
menanamkan konsep dalam pembelajaran. Mengajar adalah seni merancang pembelajaran yang bertujuan agar peserta didik lebih aktif dan lebih memahami apa yang telah kita sampaikan. Maka bolehlah kita anggap diri kita sebagai seorang seniman, sebagai seniman janganlah lelah berkreasi menciptakan pembelajaran inovatif!
SUMBER
Wahyuningtyas, D. T. (2016). PEMBELAJARAN BILANGAN UNTUK PGSD.
Malang : Ediide Infografika.
Eni Titikusumawati, Modul Pembelajaran Matematika, KEMENTERIAN
AGAMA REPUBLIK INDONESIA, 2014.
Penulis:
Uswatun Hasanah (21.13.00088) Mahasiswa Prodi PGMI IPMAFA
Editor:
Latifah Nuraini, M.Pd., Dosen Konsep Dasar Matematik Prodi PGMI
IPMAFA
0 Comments