Ada filosofi Jawa yang mengatakan “Digugu lan ditiru”. Inilah yang
sangat diperhatikan oleh para mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtida’iyyah (PGMI) Fakultas Tarbiyyah Institut Pesantren Mathali’ul Falah (IPMAFA). Mereka paham akan pentingnya membekali diri agar menjadi guru
yang perbuatan dan perilakunya dijadikan panutan bagi peserta didik. Berangkat dari hal ini, maka bersama Pusat Studi Peace Promotion, digelarlah kegiatan Training
of Trainer (ToT) 12 Nilai Dasar Perdamaian (Twelve Peace Values), pada Sabtu dan Minggu (25-26/2) kemarin.
Kegiatan tersebut mengangkat tema "Menyiapkan Calon Guru
Sebagai Agen Perdamaian Untuk Mendukung Pendidikan Karakter" dan berlangsung di gedung lantai tiga kampus IPMAFA. ToT yang dimulai pada
pukul 10.00 wib dan diikuti oleh para mahasiswa PGMI dan Prodi lain ini dipandu oleh delapan mahasiswa yang tergabung dalam tim
fasilitator Peace Promotion.
Direktur Pusat Studi Peace promotion, Kamilia Hamidah MA menyampaikan bahwa semakin
minim empati yang dimiliki anak didik masyatakat ini sehingga menjadi permasalahan di masyarakat, "Ada banyak orang yag tidak peduli dengan sesama. Contoh kecil adalah parkir
sembarangan sehingga mengganggu perjalanan. Pendidikan karakter bukan hanya
fokus pada pendidikan kognitif atau psikomotorik. Dalam lingkup yang kecil ini
kita harus mulai dari diri kita sehingga dari kegiatan ini dapat menularkan
kepada orang-orang disekitar” jelasnya.
Inayatul Ulya MSi, Ketua Prodi PGMI memberikan apresiasi
atas diselenggarakannya kegiatan ini. "Banyak hal yang menjadi keprihatinan kami, banyak
sekali perselisihan di media elektronik dengan mengangkat isu-isu yang tak
layak diperselisihkan. Menyelesaikan konflik tidaklah harus diselesaikan dengan
kekerasan, sebaliknya, nilai-niai perdamaian dan menghormati haruslah sudah
dikenal sejak usia dini. Diharapakan seorang guru harus bisa
menstransformasikan knowledge dan moral yang menjadi ‘PR’ berat bagi seorang
guru”, demikian salah satu isi sambutannya.
Dalam ToT ini peserta
dituntut terlibat langsung dalam penyampaian materi bahkan penerapan metode
belajar yang bisa berupa ice breaking, silulasi, praktik dan permainan juga cerita (Story
telling) dan bermain peran. Para peserta dipisahkan dalam beberapa kelompok
dan menyampaikan satu materi yang sudah ditentukan dipandu oleh tim fasilitator
yang bertugas mengarahkan dan menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan.
Di akhir
sesi Kamilia menyampaikan tips bagaimana menjadi seorang fasilitator yang
baik. Beliau menjelaskan bahwa fasilitator yang baik harus mampu membawa
suasana sehingga audien tidak jenuh. Karena arti fasilitator adalah sebagai
pendukung dan memberikan fasilitas. Kamilia juga menegaskan hal itu memang
tidak mudah. Tapi dengan latihan dan berinteraksi dengan banyak orang maka hal
itu dapat dilakukan oleh siapapun.
0 Comments